Indonesia hijau 2009

Stop global warming

Kamis, 12 November 2009

MEMBANGKITKAN BAWANG PUTIH

Disamping konsolidasi program, Bapak Ir. H. Suswono, MMA sebagai Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu Kedua juga telah melakukan Kunjungan Kerja ke Kabupaten Tegal, Brebes dan Cirebon, dalam rangka melihat langsung kondisi lapangan serta mendapatkan masukan dalam merumuskan kegiatan dalam pembangunan pertanian. Salah satu dari rangkaian kegiatan tersebut adalah Dialog Interakatif antara Mentan, Komisi IV DPR, Kadistan dan Ketua GAPOKTAN penerima PUAP dengan topik Pemberdayaan Petani Melalui PUAP, LM3 dan SMD.
Dialog interaktif dilaksanakan tanggal 1 Nopember 2009 bertempat di Pendopo Kabupaten Tegal, dan diikuti secara semarak dan antusias oleh segenap masyarakat setempat, termasuk masyarakat tani. Kedatangan Mentan ini menunjukkan perhatian beliau yang serius dalam pembangunan pertanian di daerah ini, disamping itu masyarakat juga mengungkapkan kegembiraan dan kebanggan mereka karena pak Suswono merupakan putra terbaik dari Tegal, yang sekarang dipercaya memimpin Departemen Pertanian.
Dalam dialog ini, masyarakat tani kabupatren Tegal (khususnya di dataran medium Kampung Jawa/Guci) menyampaikan keluhan dan usulan kepada Menteri Pertanian agar dapat membangkitkan kembali produksi bawang putih Tegal. Dewasa ini petani bawang putih disini hampir tidak ada, sentra bawang putih yang dulu dibanggakan kini hancur karena adanya kebijakan kemudahan impor, sehingga bawang merah impor dengan harga lebih rendah dan performan menarik leluasa masuk ke pasar domestik.
Petani mengusulkan agar impor bawang putih diatur dan diperketat sebagaimana halnya bawang merah sehingga dapat meningkatkan daya saing bawang putih lokal serta melakukan pembinaan dan fasilitasi untuk pengembangan budidaya. Dalam dialog ini Mentan telah meminta kepada Ditjen Hortikultura untuk segera menindak lanjutinya dalam pembinaan produksi dan kelembagaan petani, serta kepada Badan Karantina Pertanian untuk memperketat aturan impor bawang putih.
Menyikapi hal tersebut, maka perlu segera diambil langkah-langkah tindak lanjut, antara lain; 1) fasilitasi pengembangan perbenihan terutama penyediaan benih bermutu varietas unggul, 2) pengembangan penangkar benih sehingga dapat mandiri dalam penyediaan benih, 3) pembinaan kepada petani untuk menerapkan cara budidaya yang baik sesuai dengan teknologi anjuran (penerapan GAP dan SOP), 4) pemberdayaan kelembagaan petani, baik kelompok tani, GAPOKTAN ataupun asosiasi komoditas 5) penguatan modal usaha kelompok melalui Bansos ataupun sumber permodalan lainnya termasuk dari Bank, 6) pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan menerapkan perinsip PHT, 7) penanganan panen dan pasca panen, 6) pengelolaan distribusi dan pemasaran hasil.
Pihak-pihak terkait perlu segera memadukan perencanaan dan mengkoordinasikan langkah dan kegiatan pengembangan sentra dan kawasan bawang putih ini, tentu bukan hanya di Tegal, namun juga di sentra lainnya, seperti Magelang, Tawang Mangu, Sembalun, dll. Merespon ini kami mengusulkan adanya program bersama lintas institusi, perhatian dan tambahan pendanaan khusus, sehingga langkah dan upaya dapat segera direalisasikan, yang akhirnya membawa manfaat dan dampak nyata dalam membangkitkan bawang putih

Jumat, 06 November 2009

PENATAAN PASOKAN SALAK UNTUK EKSPOR

Barokah.com.Registrasi kebun-kebun salak telah memasuki tahun kedua atau tepatnya dimulai pada tahun 2008. Kegiatan ini diikuti oleh kelompok-kelompok tani salak yang berada Kabupaten Sleman, Magelang dan Banjarnegara (dalam proses). Antusiame petani dan kelompok tani salak salah satunya di dorong oleh adanya permintaan salak untuk ekspor yang cukup tinggi. Untuk memenuhi permintaan ekspor yang mempersyaratkan penerapan sistem jaminan mutu maka program registrasi kebun salak ini merupakan salah satu target dalam pengembangan kawasan sentra salak percontohan nasional di tiga sentra tersebut.

Saat ini terdapat 1.728 kebun salak di Kabupaten Sleman dan Magelang yang sudah diregistrasi. Jumlah tersebut sudah termasuk 506 kebun yang sebelumnya sudah diregistrasi dan 1.222 kebun salak yang baru diregistrasi di kedua sentra tersebut pada 1 – 2 bulan terkahir. Rincian kebun salak yang baru diregistrasi adalah 798 kebun di Kabupaten Magelang dan 424 di Kabupaten Sleman. Jumlah ini diharapkan akan terus bertambah sehingga mampu mencakup sebagian besar kebun-kebun salak yang diusahakan oleh kelompok tani. Pada bulan Juli telah dilakukan verifikasi terhadap kebun salak petani di Kabupaten Banjarnegara dengan hasil perlu dilakukannya beberapa perbaikan agar dapat segera diregistrasi. Pada awal Agustus ini telah pula dilakukan sosialisasi GAP/SOP kepada 6 kelompok tani salak di Kabupaten Sleman yang berpotensi untuk segera diregistrsasi.

Distribusi pasokan merupakan hal yang krusial dalam pengelolaan pasokan salak dari kebun diregistrasi. Pihak eksportir sangat tertarik dengan salak yang dihasilkan dari kebun-kebun diregistsrasi sehingga penataan pasokannya diperlukan agar dapat dilakukan perencanaan produksi dan distribusi yang tepat. Kebun-kebun salak di Kabupaten Magelang yang baru diregistrasi berpotensi untuk turut memenuhi kebutuhan ekspor yang hingga kini belum dapat terpenuhi.

Minggu, 30 Agustus 2009

UPAYA PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN HIAS UNTUK EKSPOR


Permintaan tanaman hias di pasar dunia cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun demikian juga permintaan akan produk tanaman hias tropis cenderung terus meningkat. Produsen tanaman hias tropis jumlahnya masih relatif terbatas, dan Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki keunggulan sumberdaya alam yang cukup dipandang mampu melakukan penetrasi pasar internasional tanaman tropis.
Produksi tanaman hias Indonesia tumbuh secara mengesankan dalam beberapa tahun terakhir dan telah memberikan kontribusi pada PDB yang juga meningkat setiap tahun. Pada tahun 2000 kontribusi pada PDB mencapai Rp 2,8 trilyun dan menjadi Rp 4,6 trilyun pada tahun 2004 serta diperkirakan akan menjadi Rp 7,7 trilyun pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan sebesar 13,6% per tahun.Beberapa kegiatan Ditjen Hortikultura dalam pengembangan dan ekspor tanaman hias antara lain adalah
Polycias telah diekspor terutama ke Korea Selatan dan telah berlangsung sejak tahun 1960an, namun jumlahnya masih sangat terbatas. Para eksportir masih sangat mengandalkan pada tanaman hasil colecting dari kebun disekitar pemukiman penduduk dengan jumlah tanaman yang relatif sangat terbatas dan pemeliharaannya tidak intensif. Hal ini menyebabkan jumlah ekspor dengan kualitas relatif rendah dan kontinuitas tidak terjamin. Polyscias mulai di budidayakan secara intensif dengan fasilitasi Ditjen Hortikultura dan pemda, antara lain di Batam (10 ha) dan Sukabumi (45 ha). Ekspor Polyscias fruticosa ke Korea Selatan cenderung terus meningkat, yaitu pada tahun 2004 (10 container), 15 container (2005), 20 container (2006), 25 container (2007), 30 container (2008) dan tahun 2009 s/d juni 2009 mencapai 18 container dengan target 50 container.
Tanaman tropis Raphis excelsa dari Indonesia di ekspor ke Belanda. Pasar terbesar adalah Inggris dan Jerman, hanya saja eksportir Indonesia belum mampu menembusnya. Indonesia merupakan negara produsen utama komoditi ini dengan negara peasing antara lain Vietnam dan Malaysia. Eksportir Raphis excelsa masih sangat terbatas, hanya 5 perusahaan yaitu PT. Agro21 Gemilang, PT. Benara, PT. Tropical Greeneries, PT. Inti matahari, dan CV. ASA Indonesia. Mereka masih sangat tergantung pada pasokan dari para pengumpul yang mengumpulkan tanaman dari sekitar perumahan penduduk dengan luas yang sangat terbatas dan perawatan tidak intensif. Kondisi seperti ini menyebabkan keterbatasan dalam memenuhi quota ekspor, baik jumlah, kontinuitas dan kualitas.Untuk menambah kemampuan memasok pasar global, Direktorat Jenderal Hortikultura mulai tahun 2008 mengembangkan sentra baru di Sumatera Barat (Padang, Padang Panjang, Bukit Tinggi), Riau (Pakanbaru), dan Kepri (Batam dan Bintan).
Leather leaf atau pakis diusahakan oleh swasta di Kabupaten Magelang (62 Ha), Wonosobo (8 Ha), Cianjur (10 ha) dan Sukabumi (10 Ha). Pasar yang dituju adalah pasar Jepang dengan jumlah permintaan sekitar 150 juta tangkai pertahun. Preferensi pasar Jepang terhadap Leather Leaf Indonesia lebih tinggi dibanding dengan produk asal Costarica dan Amerika karena factok jarak tempuh dan waktu pengiriman yang lebih pendek. Kontribusi Leather leaf Indonesia di pasar Jepang sekitar 5% dari total permintaan, sedangkan Negara lain yang memasok antara lain USA (44%), Costarica (8%), Thailand (1%) dan Negara lain (42%). Untuk menambah kemampuan memasok pasar global, Direktorat Jenderal Hortikultura mulai tahun 2008 mengembangkan sentra baru di Jawa Tengah (Semarang, Magelang, Boyolali dan Wonosobo)
Rencana Ekspor
a) Raphis Excelsa
Ekspor pada kawasan baru di Sumbar, Riau dan Kepri akan dicoba pada akhir tahun 2009 sebanyak 1 container. Untuk tahun 2010 direncanakan 3 container dan 2011 direnanakan 12 container.
b) Polyscias
Ekspor Polyscias akan dicobakan pada tahun 2010 sebanyak 1 container dan tahun 2011 dan seterusnya 2 container pertahun dari Batam.
c) Leather leaf
Ekspor Leather Leaf berbasis kebun plasma pada tahun 2010 akan dicobakan sebanyak 3 juta tangkai. Apabila scenario pengembangan kebun dapat dilaksanakan seperti butir di atas maka pada tahun 2014 dapat di ekspor sebanyak 10,1 juta tangkai.

Senin, 15 Juni 2009

116 juta US$ untuk pemanfaatan Genetic Tanaman

Barokah.com. Demikian kesepakatan yang dicapai pada pertemuan ke 3 dari Governing Body (GB) dari International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA). Kesepakatan yang diambil melalui perdebatan yang panjang merupakan salah satu keputusan penting dari banyak keputusan lainnya.

Dana sebesar ini ditargetkan untuk kurun waktu 5 tahun 2009 sampai 2014 yang akan selalu dievaluasi dalam setiap pertemuan Governing Body yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali.
Pertemuan ke 3 Badan Pengatur dari Traktat Internasional tentang Gen Tumbuhan untuk Pangan dan Pertanian ini dilaksanakan dari tanggal 1 - 5 Juni 2009 di Tunis, Ibukota Tunisia diikuti oleh utusan dari 120 negara anggota termasuk Indonesia dan beberapa negara lain yang bertindak sebagai pengamat seperti, Amerika Serikat, Thailand, Jepang serta organisasi non pemerintah dan petani.

Sesuai dengan pasal 18 ayat 3 dari isi Traktat, dana ini diperuntukkan bagi pelaksanaan program dan prioritas kegiatan khususnya di negara berkembang. Mengingat Indonesia adalah negara ke 2 terbesar di dunia setelah Brazil dalam keanekaragaman sumber daya gen, maka keputusan penting ini selayaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi Indonesia khususnya dalam membiayai kegiatan yang terkait dengan sumber daya gen tumbuhan Indonesi.

Berbagai pihak yang berkecimpung dalam pengembangan sumber daya gen tanaman/tumbuhan Indonesia hendaknya secara proaktif mempelajari isi Traktat ini serta keputusan lainnya

Selasa, 09 Juni 2009

Pameran Produk Pertanian dan Makanan - Agro And Food Expo 2009

Jakarta - Pada tanggal 4-7 Juni 2009 kembali dilaksanakan pameran produk pertanian dan makanan yang melibatkan para pelaku agribisnis dari seluruh Indonesia. Pameran produk agribisnis dan makanan Agro and Food Expo ke Sembilan kali ini digelar di Balai Sidang Jakarta Convention Center Jakarta. Pemeran sebagai wadah promosi bagi produk-produk unggulan usaha kecil dan menengah.

Promosi melalui pameran menjadi salah satu upaya memperkenalkan produk dalam negeri yang jumlahnya sangat banyak. Hal ini menjadi penting karena selama ini masih banyak produk dalam negeri khususnya produk agribisnis belum dikenal baik dalam masyarakat. Dengan pameran rutin seperti yang diselenggarakan saat ini tentunya produk-produk tersebut akan dikenal baik di dalam maupun luar negeri.

Sabtu, 30 Mei 2009

Pembangunan Lembaga Riset Kelapa Sawit Berskala Besar

JAKARTA-Indonesia merupakan produsen terbesar kelapa sawit. Untuk menghadapi persaingan industri kelapa sawit yang makin gencar sekarang ini, dalam waktu dekat pemerintah akan membangun Lembaga Riset dan Pengembangan Kelapa Sawit berskala besar, lembaga ini nantinya akan berstatus BUMN.

Melalui lembaga riset ini , pemerintah akan berupaya mengembangkan segala bentuk teknologi kelapa sawit mulai dari perbenihan hingga ke industri turunana minyak sawit (down stream industry). Sedangkan mengenai pengaturan soal substansi riset dan pengembangan akan digodok di dalam sebuah Konsorsium Sawit. Konsorsium ini terdiri dari berbagai unsur, seperti pemerintah, BUMN maupun swasta yang bergerak di bidang perkebunan sawit. Untuk mendukung konsorsium sawit ini pemerintah akan menyiapkan dana Rp. 3 miliar per tahun.

Jumat, 29 Mei 2009

Jambore SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai


Jambore Nasional Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai 2009 di Boyolali, Jawa Tengahini rencananya diselenggarakan pada tanggal 7-10 Juni 2009, Kabupaten Boyolali dan akan dihadiri oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jambore Nasional Sekolah Lapang adalah yang pertama kali. dan akan diikuti 3.000 peserta dari perwakilan petani seluruh Indonesia, penyuluh pertanian, pengawas benih, stake holder produksi benih dan pupuk, serta instansi terkait.
Pelaksanaan Jambore SL PTT hanya untuk tiga komoditi pangan ini dikarenakan fokus utama peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2009 adalah peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai fokus kegiatannya adalah SL-PTT yang terkoordinasi, terpadu, sinergi, dan harmoni di seluruh propinsi/kabupaten/kota.
Pada kesempatan ini akan diadakan dialog antara petani dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan budidaya dan peningkatan hasil produksi pangan. Petani juga akan melihat secara langsung hasil produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju, sehingga mereka bisa menyerap dan menerapkan tata cara pertanian yang menggunakan teknologi maju. Jambore dilakukan justru karena produksi padi di Indonesia tahun lalu 2008 mengalami kenaikan sekitar 5%.